Santri Putri Mengukir Sejarah : Raih Juara Umum MQK 01 Muharram 1447 H
GENGGONG — Jumat kemarin, Pondok Pesantren Zainul Hasanain kembali menggelar Musabaqoh Qiroatil Kutub (MQK) dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram. Perlombaan membaca kitab kuning ini merupakan agenda tahunan yang melibatkan santri dari kelas SP2 hingga kelas 4, baik putra maupun putri, dengan masing-masing lokal mengirimkan lima orang delegasi. Seluruh rangkaian lomba berlangsung selama tiga hari berturut-turut, dipusatkan di aula santri putra.
Media Zahanain I Peserta Terbaik MQK 1447 H I Siswa kelas SP II MDM
Meski juara pertama dalam semua cabang lomba masih didominasi oleh santri putra, tahun ini mencatat sejarah baru: santri putri berhasil merebut gelar Juara Umum MQK untuk pertama kalinya. Sebelumnya, gelar ini selalu berada di tangan kubu putra. Sementara itu, gelar Peserta Terbaik tetap disandang oleh salah satu santri putra.
Kemenangan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kepala Madrasah, KH Amir Mahmud. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya kepada para wali kelas yang telah membina santri-santri hingga berhasil mencetak prestasi luar biasa. “Semoga kita semua senantiasa menjunjung tinggi undang-undang yang telah direstui oleh KH Muhammad Hasan Abdil Bar, agar segala yang kita lakukan mendapat barokah,” ujarnya penuh harap.
Media Zahanain I Gus Moh. Falih Abdul Ghani L.C I Mau'izhotul Hasanah
Dalam malam penutupan acara, Gus Falih turut memberikan mau’izhotul hasanah. Beliau mengisahkan kesabaran guru-guru di PP Zahanain yang mengingatkannya kepada keteladanan Imam Syafi’i saat mengajar muridnya, Imam Rabith bin Sulaiman. “Imam Syafi’i pernah mengulangi satu keterangan hingga 40 kali demi memastikan muridnya paham. Hasilnya, Imam Rabith tumbuh menjadi ulama besar yang sangat alim,” tutur Gus Falih, menekankan pentingnya kesabaran dalam mendidik.
Sesi kesan dan pesan dari santri juga mewarnai malam penutupan. Perwakilan santri putra, Moh Rendy Saifourridzal, mengapresiasi kinerja panitia yang dinilai lebih sigap tahun ini. “Lomba ini memberi semangat baru bagi kami untuk lebih serius dalam memahami kitab kuning,” ucapnya.
Dari pihak santri putri, Ilvi Nur Diana menyampaikan rasa syukur atas kenyamanan tempat yang disediakan panitia. Dalam pesannya, ia berkata, “Yang menang jangan sombong, dan yang kalah jangan berkecil hati. Ini adalah proses untuk kita semua menjadi lebih baik.”
MQK tahun ini tak hanya menjadi ajang perlombaan, tapi juga bukti nyata bahwa semangat dan ketekunan mampu menembus batas-batas tradisi. Santri putri, untuk pertama kalinya, berdiri di puncak prestasi yang selama ini hanya diraih oleh rekan-rekan putra.
Disusun oleh: Tim Redaksi Web Zahanain