Muharram: Ketika Sebuah Tekad Mengubah Sejarah
Tak banyak yang tahu bahwa tahun baru Islam bukan ditetapkan karena peristiwa hijrah itu sendiri, melainkan karena niat untuk berhijrah. Di balik kalender Hijriyah yang kini menjadi identitas umat Islam, tersimpan kisah tekad, strategi, dan spiritualitas yang menuntun umat menuju peradaban.
Penetapan bulan Muharram sebagai awal tahun dalam kalender Hijriyah merupakan hasil dari inisiasi Khalifah kedua, Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Keputusan ini tidak diambil sembarangan, melainkan berdasarkan pertimbangan sejarah dan nilai spiritual yang mendalam.
Meskipun peristiwa hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah sebenarnya dimulai pada bulan Rabi'ul Awwal, Sayyidina Umar memilih bulan Muharram sebagai awal tahun Islam karena bulan ini menandai masa ketika niat dan tekad untuk berhijrah mulai muncul di kalangan kaum Muslimin. Muharram menjadi simbol semangat perubahan, pengorbanan, dan awal perjalanan menuju kemenangan Islam.
Bulan Muharram juga termasuk dalam empat bulan haram (suci) yang dimuliakan dalam Islam, bersama dengan Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Dalam bulan-bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk lebih memperbanyak amal saleh, terutama dzikir, puasa sunnah, dan ibadah-ibadah lainnya. Keutamaan bulan haram ini disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadis, di mana amalan dilipatgandakan pahalanya dan larangan melakukan dosa semakin ditekankan.
Penetapan kalender Hijriyah sendiri merupakan upaya administratif untuk menyusun sistem penanggalan yang jelas bagi umat Islam, terutama untuk menentukan waktu ibadah dan peristiwa penting lainnya. Maka sejak masa pemerintahan Sayyidina Umar, bulan Muharram resmi dijadikan sebagai bulan pertama dalam tahun Hijriyah, dan kalender Islam pun dimulai dari tahun terjadinya hijrah Nabi ﷺ, yaitu tahun 622 Masehi.
Dengan menjadikan Muharram sebagai permulaan tahun, umat Islam diajak untuk merefleksikan kembali makna hijrah: bukan sekadar berpindah tempat, tetapi juga berpindah dari keburukan menuju kebaikan, dari kezaliman menuju keadilan, dan dari kesesatan menuju cahaya iman.
Tahun baru Hijriyah adalah momen kontemplasi, bukan perayaan hura-hura. Ia hadir sebagai pengingat bahwa perubahan besar dalam sejarah Islam bermula dari satu hal sederhana: niat yang kuat dan keberanian untuk bergerak.
Penulis : Ibnu Zahanain