Mengungkap Keistimewaan Dzulqa’dah: Bulan Sunyi yang Menyimpan Sejarah Besar
Di antara dua bulan penuh ibadah, Syawal dan Dzulhijjah, terdapat satu bulan yang sering kali luput dari sorotan: Dzulqa’dah. Bulan ke-11 dalam kalender Hijriyah ini memiliki tempat istimewa dalam Islam. Ia termasuk salah satu dari empat bulan haram (asyhurul hurum), yaitu bulan-bulan yang disucikan oleh Allah sejak zaman dahulu, bahkan sebelum datangnya Islam. Dalam bulan-bulan ini, peperangan diharamkan dan kehormatan ditinggikan. Namun, sedikit yang mengetahui bahwa di balik kesunyian Dzulqa’dah, tersimpan sejarah besar dan jejak perjalanan Rasulullah ﷺ yang penuh makna.
Dzulqa’dah termasuk dalam empat bulan haram dalam Islam, di mana segala bentuk peperangan dilarang, dan kehormatan dijunjung tinggi. Momen-momen penting seperti Haji Wada’ dan umrah-umrah Nabi ﷺ berlangsung di bulan ini. Salah satu peristiwa monumental di Dzulqa’dah adalah dimulainya perjalanan Haji Wada’. Rasulullah ﷺ berangkat dari Madinah pada tanggal 25 Dzulqa’dah tahun 10 Hijriyah, menandai langkah awal ibadah haji pertama dan terakhir beliau.
Selain itu, seluruh umrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ terjadi di bulan Dzulqa’dah. Di antaranya adalah Umrah Hudaibiyah pada tahun 6 H, meskipun tertunda, Perjanjian Hudaibiyah menjadi titik balik penyebaran Islam. Kemudian, Umrah Qadha’ pada tahun 7 H sebagai pelaksanaan umrah yang tertunda sesuai perjanjian Hudaibiyah, dan Umrah Ji’ranah pada tahun 8 H setelah kemenangan Perang Hunain, Nabi ﷺ menunaikan umrah dari Ji’ranah ke Makkah.
Dzulqa’dah menjadi simbol damai dan persiapan spiritual bagi umat Islam sebelum memasuki bulan haji, Dzulhijjah. Bulan ini mengajarkan pentingnya ketenangan dan refleksi sebelum ibadah besar. Menurut Ustadz Abdullah Hasan, seorang pengamat sejarah Islam, "Dzulqa’dah menunjukkan bahwa persiapan spiritual tidak hanya dimulai di Dzulhijjah, tapi sudah seharusnya dimulai sejak bulan haram ini."
Bulan Dzulqa’dah mengandung pelajaran besar bagi umat Islam. Ia bukan sekadar jeda antara dua ibadah besar, melainkan fondasi awal dari perjalanan spiritual yang agung. Dengan menghormati bulan ini, seorang Muslim mempersiapkan dirinya menuju kemuliaan Dzulhijjah secara lahir dan batin.
Penyusun: Ibnu Zahanain